Beberapa Faidah Puasa
Semua perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Dia syariatkan, pasti mengandung faedah dan manfaat dan semua yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti karena berakibat mudharat dan bahaya bagi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik bahaya di dunia maupun di akhirat. Baik dipahami maupun maupun tidak, baik di sadari ataupun tidak pasti karena bahayanya.
Demikian halnya dengan syariat puasa Romadhon yang sedang yang kita jalani ini, pasti mengandung manfaat dan faedah. Walaupun, sepintas lalu kebanyakan orang yang kalah dengan nafsunya beranggapan bahwa puasa itu hanya sebagai beban yang memberatkan, atau hanya sekedar sebagai ujian keimanan dari Allah ,atau hanya sekedar sebagai amalan ibadah yang berhak dihargai dengan suatu balasan dan pahala seperti halnya orang jual beli dengan penentuan harga, atau hanya sekedar untuk latihan pengekangan nafsu dan atau hanya sekedar untuk mengangkat manusia dari derajat hewan.
Sebenarnya, semua pelaksanaan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dilaksanakan sebagai amalan ibadah, yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan bagi orang beriman dan bertakwa perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala itu adalah qorrotul ‘uyun (penyejuk hati), kelezatan hati, sebagai dasar ketenangan dan ketentraman hidup, sebagai makanan hati yang utama dan sebagai sumber kekuatan manusia yang hakiki yang hanya dengan ini kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba bisa dicapai, baik kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, yaitu hidup sibuk dengan upaya peningkatan iman dan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Seperti sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam :
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
“Dijadikan (oleh Allah) penyejuk hatiku dalam sholat.” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
Menahan lapar di bulan puasa ataupun diluar bulan puasa ketika berpuasa maupun tidak, pasti mengandung faedah dan manfaat yang sangat besar untuk kesehatan badan dan kesehatan hati.
Hal ini sudah diterangkan oleh Rasulullah shollallohu alaihi wasallam dan telah dicontohkan oleh Beliau dan keluarga Beliau.
Sayyidatina Aisyah rodhiyallohu anha berkata :
مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ خُبْزِ شَعِيرٍ يَوْمَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ حَتَّى قُبِضَ
“Keluarga Muhammad tidak pernah kenyang walaupun dengan roti gandum dua hari berturut-turut sampai Beliau wafat.” (Muttafaqun alaihi)
Beliau bersabda :
أَكْثَرَهُمْ شِبَعًا فِي الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Orang yang paling banyak kenyang di dunia adalah yang paling lama lapar di akhirat.” (HR. Al-Bazzar )
Al-Imam Ath-Thabrani juga meriwayatkan dengan sanad hasan dengan lafadz :
“Orang yang banyak kenyang di dunia mereka adalah orang yang banyak lapar di akhirat.”
Al-Imam Al-Baihaqi meriwayatkan :
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ
‘Dunia adalah penjaranya orang mukmin dan surganya orang kafir.”
Al-Imam Muslim juga meriwayatkan hadits dari Rasulullah bahwa Beliau bersabda :
خَيْرٌ القُرُوْنِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَأْتِيْ قَوْمٌ يَشْهَدُوْنَ وَلاَيَسْتَشْهَدُوْنَ وَيَنْذُرُوْنَ وَلاَ يُوْقُوْنَ وَيَظْهَرُوْنَ فِيْهِمُ السِّمَنُ
“Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya kemudian berikutnya. Kemudian akan datang suatu kaum mereka memberikan persaksian padahal tidak diminta persaksiannya. Mereka banyak bernadzar tetapi tidak menunaikannya. Dan banyak di kalangan mereka orang-orang gemuk/ gendut.”
Al-Imam Thabrani dan Ibnu Abi Dunya meriwayatkan hadits :
“Akan terjadi pada ummatku seseorang memakan semua jenis makanan, meminum semua jenis minuman, memakai semua jenis pakaian dan banyak berbicara. Maka, mereka itulah paling jeleknya ummatku.”
Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan hadits :
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“ Tidaklah Bani Adam memenuhi kantong yang lebih jelek dari perutnya, hendaknya Bani Adam makan sekedar menegakkan punggungnya, jika tidak bisa tidak (terpaksa) maka makanlah sepertiga makanan sepertiga untuk minuman dan sepertiganya untuk nafasnya.” (HR. Imam Tirmidzi)
Setelah membawakan sebagian hadits-hadits di atas, Al-Imam Ash-shon’ani rahimahullah berkata :
“Hadits ini menunjukkan atas tercelanya banyak makan dan kenyang karena menimbulkan berbagai penyakit dan memberatkan seseorang untuk melaksanakan hukum syar’i/ ibadah.”
Manfaat lapar terhadap kesehatan badan adalah seperti yang dikatakan oleh Ibnu Masiwaih :
“Sekiranya manusia mau mengamalkan hadits ini (riwayat Tirmidzi) mereka akan selamat dari sakit dan berbagai penyakit, menutup rumah sakit dan mengistirahatkan toko obat/ apotik. Hal itu karena sumber segala penyakit adalah kenyang.”
Al-Harits seorang dokter Arab mengatakan :
“Yang banyak membunuh manusia adalah karena manusia suka memasukkan makanan pada perut sebelum makanan dalam perut dicerna.”
Yang lain mengatakan : “Kalau kamu bertanya pada ahli kubur, apa penyebab kematianmu? Kebanyakan mereka menjawab,”kenyang”.
Adapun manfaat lapar untuk kesehatan hati, para ulama telah menerangkannya :
Luqman al Hakim berwasiat pada putranya :
“Wahai putraku jika kamu penuhi lambungmu maka akan tidur pikiranmu, membisukan hikmah, mendudukkan anggota badan dari beribadah dan pada perut kosong itu banyak faedahnya yaitu menjernihkan hati , mencerdaskan manusia dan menajamkan bashiroh. Kenyang itu menyebabkan kedunguan, membutakan hati dan memperbanyak uap dan cairan dalam lambung.
Berkata Dzunnun ‘ailaihissalam :
“Saya tidak pernah kenyang kecuali saya berbuat maksiat atau berkeinginan untuk bermaksiat”.
Berkata ‘Aisyah radiyallahu ‘anha:
“Bid’ah pertama yang terjadi setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah kenyang sesungguhnya suatu kaum ketika kenyang perutnya keras nafsunya untuk mendapatkan dunia”
Berkata al Imam ash Shan’ani rahimahullah :
“Sesungguhnya lapar itu adalah penjaga dari penjagaan Allah dan pertama yang terhindar dengan lapar adalah dorongan syahwat jima’ dan syahwat berbicara karena bagi orang yang lapar tidak ada keinginan untuk berbicara kecuali sangat penting sehingga dia terhindar dari berbagai penyakit lisan, pada orang yang lapar juga tidak bangkit padanya syahwat jima’nya sehingga terhindar dari penyaluran syahwat yang diharomkan, orang lapar juga sedikit tidur karena orang yang banyak makan dan minum akan banyak tidur yang dapat membawa kepada kerugian di dunia dan akhiratnya, terluput dari berbagai kemamfataan duniawi dan ukhrowi”.
Berkata Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah :
“Lapar itu menyebabkan lembutnya hati, kuatnya pemahaman, lembutnya jiwa, lemahnya nafsu dan kemarahan. Sedangkan kenyang menyebabkan lawannya.”
Berkata Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah :
“Wahai Bani Adam, makanlah sepertiga perutmu, minumlah sepertiga perutmu dan biarkan sepertiga untuk bernafas dan berfikir.”
Ibnu Abi Dunya meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata :
مَا شَبَعْتُ مُنْذُ أَسْلَمْتُ
“Aku tidak pernah kenyang sejak aku masuk Islam.”
Diriwayatkan dari Amir bin Qois , bahwa dia berkata :
“Jauhilah oleh kalian kenyang, karena kenyang itu mengeraskan hati.”
Telah berkata Malik bin Dinar rahimahullah :
“Tidak semestinya, seorang mukmin menjadikan perutnya paling besar cita-citanya dan menjadikan syahwatnya menguasai dirinya.”
Berkata Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah :
“Adalah bapak kita Adam diuji dengan makan, dan terus kalian akan diuji dengan makan sampai hari kiamat.”
Beliau juga berkata :
“Barangsiapa mampu menguasai perutnya maka dia akan mampu menguasai amal sholehnya.”
Beliau juga berkata :
“Tidaklah hikmah itu berada di perut yang penuh.”
Diriwayatkan dari Abdul Aziz bin Abi Dawud bahwa telah dikatakan padanya :
“Lapar itu banyak menolong seseorang bersegera melakukan kebaikan.”
Berkata Abu Imran Al-Juwaini :
“Sesungguhnya nafsu, jika lapar dan haus maka bersih hati dan lembut dan jika perut kenyang dan lega maka hatinya buta.”
Beliau berkata :
“Kunci dunia adalah kenyang dan kunci akhirat adalah lapar, dan pangkal segala kebaikan dunia dan akhirat adalah takut kepada Allah. Sesungguhnya Allah memberikan dunia ini kepada orang yang dicintai dan yang tidak, dan sesungguhnya lapar itu di sisi Allah ada simpanan yang ditunda dan tidak diberikan kecuali kepada orang yang dicintai-Nya.”
Berkata Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah :
“Saya tidak pernah kenyang selama 16 tahun, karena kenyang itu memberatkan badan, menghilangkan kecerdasan, membuat banyak tidur dan melemahkan seseorang untuk melakukan ibadah.”
Demikian kehidupan Rasulullah dan para shahabat. Beliau dan para shahabatnya lebih memilih banyak lapar dari pada kenyang karena kefahamannya terhadap faedah lapar dan bahaya kenyang, lebih memilih mengekang syahwatnya daripada menurut syahwat, dan bukannya pada mereka tidak ada makanan tetapi beliau-beliau lebih memilih keadaan yang lebih baik dan lebih sempurna daripada lawannya. Mereka makan dan minum sekedar dapat melaksanakan ibadah, karena hanya untuk itu (untuk beribadah) diciptakannya jin dan manusia.
Seringnya Rasulullah makan tiga hari sekali sampai wafat bukan makan sehari tiga kali seperti budaya kita.
Allah berfirman :
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam : 59)
Ketika sholat sudah dilalaikan padahal sholat adalah tiang agama dan amalan yang diperintah untuk dijaga agar dikerjakan pada waktu-waktu terbaiknya maka amalan selain sholat sudah pasti akan lebih dilalaikan lagi.
Sholat adalah ukuran kedisiplinan seseorang, dan tidak ada yang lebih dapat melalaikan sholat dan ibadah lainnya selain karena memperturutkan hawa nafsu, lebih mempertaruhkan hawa nafsu dan lebih memperturutkan kemauan hawa nafsunya daripada menjalankan hak-hak Allah.
Semoga puasa kita pada bulan dan tahun ini diterima di sisi Allah sebagai ibadah yang diridhoi Allah, bermanfaat pada diri kita, baik dalam kehidupan di dunia, lebih-lebih sebagai bekal pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak-anak kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.
Wallahu a‘lam bishshowab.
Maraji’ :
1. Tafsir Taisirul karimur Rohman, Al-Imam As-Sa’di.
2. Bahjatun Nadzirin syarah Riyadhussholihin, karya Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly.Al-Imam Ibnul Qoyyim.
3. Jami’ul Ulum wal Hikam karya Al-Imam ibnu Rajab rahimahullah.
4. Subulussalam Syarah Bulughul Maram, karya Al-Imam As-Shon’ani rahimahullah.
(Dikutip dari artikel Diantara Faidah Puasa, ditulis oleh ustadz Abdurrahim, Malang. Dikirim via Email oleh Akhi Khudori, Malang dan edit oleh redaksi)
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=764
No comments:
Post a Comment
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR..
DAN JANGAN KIRIM SPAM..!!!!